Hair as black as ebony,
Skin as white as snow,
Lips as red as blood.
Pada
zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan di negeri yang sangat jauh. Sang raja dan
istrinya baru saja dikaruniai seorang putri yang sangat cantik. Rambutnya hitam
seperti arang, kulitnya putih seperti salju, dan bibirnya merah seperti darah. Mereka
menamainya Snow White. Beberapa tahun kemudian, sang ratu meninggal dunia
karena sakit. Seluruh penghuni istana berduka atas meninggalnya sang ratu. Suatu
hari, sang raja menikahi lagi dengan seorang perempuan tercantik di negerinya. Sang
ratu yang baru sangat terobsesi pada kecantikannya.
Ia mempunyai sebuah cermin ajaib
dan ia selalu bertanya pada cermin itu, “Wahai cermin ajaib. Siapa wanita
tercantik di negeri ini?”
“Wanita tercantik di negeri ini adalah Yang Mulia,” jawab cermin
tersebut. Sang ratu merasa puas mendengar jawaban cermin ajaib tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, Snow White pun tumbuh dewasa. Ia menjadi semakin cantik. Semua
orang di istana menyukainya karena ia sangat baik dan ramah. Suatu ketika sang
ratu bertanya pada cermin ajaibnya.
“Wahai cermin ajaib. Siapa wanita
tercantik di negeri ini?” sang ratu bertanya sambil tersenyum menunggu jawaban dari
cermin ajaib.
“Wanita tercantik di negeri ini adalah Snow White, Yang Mulia” jawab
cermin ajaib tersebut.
“APA?!” sang ratu murka dan bangkit
dari kursinya. Ia mendekati cermin itu. “Apa maksudmu mengatakan Snow White adalah
wanita tercantik di negeri ini?!”
Cermin ajaib tersebut menjawab, “Rambutnya
hitam seperti arang. Kulitnya putih seperti salju. Bibirnya merah seperti
darah. Matanya indah seperti kristal. Ia adalah wanita cantik sesungguhnya”.
Sang ratu
murka dan langsung memanggil seorang pemburu. Ia memerintahkan pemburu tersebut
untuk membunuh Snow White dan membawa jantungnya sebagai bukti. Sang pemburu
yang takut pada ratu pun segera melaksanakan perintah tersebut. Ia mengajak
Snow White untuk pergi berburu ke hutan dan Snow White pun mengikuti tanpa rasa
curiga.
“Paman, kita akan berburu apa?”
tanya Snow White.
Sang pemburu
mengeluarkan pisau dari tasnya. Snow White terkejut. Namun pemburu tersebut
tidak sanggup membunuh Snow White dan menjatuhkan pisaunya. Ia pun membuka
topengnya.
“Ayah?!” pekik Snow White. Ia langsung
memeluk sang raja dengan erat.
“Maaf ayah menakutimu, Snow White”
sang raja meminta maaf sambil memeluk Snow White. “Tadi ayah mendengar
pembicaraan ratu dengan si pemburu lalu ayah mengajaknya bertukar tempat. Kamu harus
kabur. Sang ratu ingin membunuhmu. Pergilah ke hutan dan bersembunyilah. Ayah
akan memburu babi hutan dan membawa jantungnya untuk ratu”.
Snow White
tidak ingin meninggalkan ayahnya sendirian. Namun jika ia tidak pergi maka apa
yang dilakukan ayahnya akan sia-sia. Ia pun menuruti ayahnya dan pergi
meninggalkan istana. Sang raja pun kembali ke istana dan menyuruh si pemburu
untuk menunjukkan jantung yang didapatnya kepada sang ratu. Sang ratu tersenyum
puas karena meyakini Snow White sudah mati.
Setelah berjalan
seharian di dalam hutan, Snow White sampai di sebuah rumah. Ia mengetuk pintu
namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia masuk ke dalam rumah tersebut dan melihat
semua perabotan di sana berukuran kecil. Seperti ada kurcaci yang tinggal di
sana. Karena lelah berjalan seharian akhirnya ia memutuskan untuk tidur sejenak
di salah satu tempat tidur yang ada.
Sementara
itu di istana…
“Wahai cermin ajaib. Siapa wanita
tercantik di negeri ini?” seperti biasa sang ratu bertanya pada cermin
ajaibnya.
Cermin ajaib menjawab, “Seperti sebelumnya, jawabannya adalah Snow
White, Yang Mulia”.
Sang ratu murka dan memerintahkan
para pengawal untuk membunuh si pemburu. Namun mereka tidak dapat menemukannya.
“Kalau tidak ada yang mau membunuh
Snow White, aku yang akan melakukannya sendiri!” pekik sang ratu.
Setelah
tertidur beberapa saat, Snow White pun terbangun karena mendengar suara orang
bergumam. Ketika membuka mata, ia terkejut mendapati tujuh kurcaci
mengelilinginya.
“Siapa kau?” tanya salah satu dari
mereka.
“Namaku Snow White,” jawab Snow
White sambil bangkit dari tempat tidur. “Maafkan aku karena sudah masuk dan
memakai tempat tidur ini tanpa ijin. Aku sangat lelah berjalan seharian”. Snow
White meminta maaf pada mereka.
“Apa yang membuatmu bisa sampai ke
sini?” tanya salah satu dari mereka.
“Sang ratu mengirim pemburu untuk
membunuhku. Namun ia tidak bisa melakukannya. Ia menyuruhku kabur ke hutan. Dan
di sinilah aku,” ia menceritakan kejadian yang telah ia alami.
Para kurcaci
tersebut berunding dan akhirnya memutuskan untuk mengijinkan Snow White tinggal
dengan mereka dengan syarat ia harus membantu dengan pekerjaan rumah selagi
mereka pergi bekerja. Snow White menyetujui syarat tersebut dan berterima kasih
pada para kurcaci.
Tidak terasa
beberapa minggu sudah berlalu sejak pertama kali Snow White tinggal di rumah
para kurcaci. Hingga suatu ketika datang seorang nenek ke rumah tersebut. Ia menawarkan
apel pada Snow White namun ditolak. Ia tetap memaksa agar Snow White menerima
apel tersebut. Karena terus didesak, akhirnya ia menerima apel tersebut dan
memakannya. Namun setelah menggigit apel tersebut ia tidak bisa bernapas dan jatuh
tergeletak. Nenek tersebut tertawa lalu berubah wujud. Ia adalah sang ratu yang
sedang menyamar untuk membunuh Snow White. Ia meninggalkan rumah tersebut
sambil tertawa penuh kemenangan. Menjelang sore, para kurcaci kembali ke rumah
dan terkejut mendapati Snow White tergeletak di depan rumah. Salah satu di
antara mereka mengecek nadi Snow White dan menggelengkan kepala. Mereka pun membuat
peti kaca lalu memasukkan Snow White ke sana. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk
tidur di samping peti kaca tersebut.
Sang ratu kembali bertanya pada
cermin ajaibnya. “Wahai cermin ajaib. Siapa wanita tercantik di negeri ini?”
Cermin ajaib tersebut menjawab, “Wanita tercantik di negeri ini adalah Yang
Mulia”.
Sang ratu tertawa dengan lantang. “Akhirnya
aku kembali menjadi wanita tercantik di negeri ini”.
Beberapa
hari kemudian…
Seorang
pangeran berjalan-jalan ke dalam hutan bersama para pengawalnya. Mereka berjalan
cukup jauh hingga ke tengah hutan.
“Pangeran, kita harus kembali
sebelum gelap,” ajak salah satu pengawal.
Sang pangeran menoleh, “Sebentar
lagi. Aku ingin melihat isi hutan ini”. Si pengawal menghela napas panjang. “Baiklah,
Yang Mulia”.
Sang pangeran
tersenyum lalu kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mereka tiba di
rumah para kurcaci. Karena penasaran sang pangeran turun dari kudanya dan
mendekati rumah tersebut. Para pengawalnya mengikuti di belakang. Mereka mengetuk
pintu rumah tersebut namun tidak ada jawaban. Akhirnya sang pangeran memutuskan
untuk masuk. Ia mendapati para kurcaci tidur mengitari sebuah peti kaca. Saat melihat
isi peti tersebut, sang pangeran tertegun. Ia jatuh cinta pada kecantikan Snow
White. Pangeran memerintahkan para pengawalnyanuntuk membawa peti tersebut pulang.
Ia ingin menikmati kecantikan Snow White di istananya.
Hair as black as night sky,
Skin as white as pearl,
Lips as red as scarlet.
Snow
White terbangun di tempat asing. Ia melihat ke sekelilingnya. Semuanya berwarna
hitam. Tiba-tiba muncul sosok laki-laki tampan dengan pakaian seperti
bangsawan. Ia berjalan mendekati Snow White.
“Aku melihat semuanya. Apakah kau
ingin balas dendam?” tanya laki-laki tersebut.
Snow White mengangguk. Laki-laki
itu pun tersenyum. “Setiap balas dendam ada harganya. Apakah kau sanggup untuk membayarnya?”
tanya laki-laki itu lagi. Snow White kembali mengangguk.
“Baiklah. Kita mulai
pertunjukkannya,” laki-laki itu menjentikkan jarinya dan semuanya menjadi
gelap.
Every revenge has its price,
Are you ready to pay for it?
Para
pengawal mengangkat peti kaca tersebut dengan sangat hati-hati. Namun salah
seorang pengawal tersandung batu yang ada di dekat pagar. Peti tersebut
terjatuh dan terbuka. Sang pangeran berlari mendekati peti tersebut dan
terkejut karena Snow White terbangun. Snow White tersenyum pada sang pangeran.
“Terima kasih sudah
menyelamatkanku. Apakah kau keberatan memberiku tumpangan ke istana?” tanya
Snow White.
Sang pangeran
mengangguk sambil tetap menatap wajah cantik Snow White.
Mereka berpamitan
pada para kurcaci yang ikut terbangun saat peti tersebut terjatuh dan memulai
perjalanan menuju istana. Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh, Snow
White dan rombongan sang pangeran sampai di istana. Melihat Snow White, para
pengawal langsung mengijinkan mereka masuk. Sang raja terkejut sekaligus
bahagia melihat putrinya masih hidup, sementara sang ratu terkejut mendapati
rencananya telah gagal. Snow White mendekati singgasana dan berlutut di hadapan
raja dan ratu, diikuti sang pangeran dan para pengawalnya.
“Yang Mulia. Saya memutuskan untuk
menikah dengan pangeran,” pinta Snow White.
Sang pangeran
terkejut sejenak namun akhirnya ia tersenyum. Sang raja menyetujui keputusan
Snow White dan memerintahkan para penghuni kerajaan mempersiapkan semua yang
diperlukan untuk pernikahan Snow White dan pangeran. Ratu yang merasa geram
meninggalkan singgasana. Snow White tersenyum simpul melihat reaksi sang ratu.
Hari
pernikahan…
Hari
yang telah ditunggu-tunggu pun tiba. Pesta pernikahan pangeran dan Snow White
dirayakan dengan sangat meriah. Semua rakyat dari kedua kerajaan diundang untuk
menghadiri pernikahan mereka, termasuk para kurcaci yang sudah melindungi Snow
White. Sang ratu meninggalkan pesta menuju kamarnya. Snow White yang menyadari
sang ratu tidak ada di ruangan langsung menyusul.
Sang
ratu berdiri di depan cermin ajaib sambil memegang cermin tersebut.
“Wahai cermin ajaib-” belum sempat
ia menyelesaikan kalimatnya, Snow White masuk dan menginterupsi. “Siapa yang
akan mati malam ini?”
Sang ratu
tersentak dan menoleh ke sumber suara yang menginterupsinya. Snow White
mencengkeram leher sang ratu dan menjejalkan apel ke dalam mulutnya. Sang ratu
tercekik dan badannya menjadi kaku. Snow White melepaskan cengkeramannya dan
sang ratu meronta-ronta kesakitan di lantai. Lehernya meleleh dan kulitnya
melepuh. Matanya mengalami kebutaan dan tubuhnya lumpuh total. Tidak berapa
lama ia pun meninggal dengan wajah menderita. Snow White tersenyum melihat sang
ratu sudah meninggal.
“Selamat
tinggal, wanita tercantik nomor dua”. Ia memecahkan cermin ajaib tersebut lalu
kembali ke aula tempat pesta pernikahannya diadakan.
Revenge is counted as a sin,
And the price is quite expensive.
Pesta
pernikahan Snow White berakhir pada tengah malam. Semua rakyat sudah pulang ke
rumah masing-masing. Snow White dan pangeran berpamitan pada raja dan menuju
kamar yang telah dipersiapkan untuk mereka. Setelah masuk ke kamar, mereka
berdua duduk di tempat tidur. Snow White terlihat malu-malu dan sang pangeran
juga terlihat gugup.
“Snow White, bisa tutup matamu?”
tanya sang pangeran sambil memeluknya dari belakang.
“Oke,” Snow White tersenyum. Ia pun
menutup matanya.
Sambil tetap memeluk Snow White
dari belakang, pangeran mengeluarkan pisau dari balik sakunya dan menusuk Snow
White tepat di jantungnya. Snow White terkejut.
“Kh… Pangeran… Apa yang kau
lakukan? Ngghh…” Snow White mengerang kesakitan. Pangeran memutar pisau
tersebut.
“AAAAGGHH!” Snow White berteriak
kesakitan.
“Maaf, Snow White. Setiap dosa ada
harganya,” jawab sang pangeran.
Snow White
bersusah payah menoleh dan mendapati mata pangeran ditutupi oleh tangan
laki-laki bangsawan yang pernah menawarkannya untuk membalaskan dendam pada
ratu. Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan. Itulah hal terakhir yang dilihat oleh Snow White sebelum ia kehilangan kesadarannya.
-Finish-